Sabtu, 24 Juli 2010

Heboh Seks Saat Pacaran



Heboh Seks Saat Pacaran






“Kamu sayang sama aku nggak sih? Kalo iya, ayo kita lakukan. Tenang nggak bakal ada apa-apa.” Wah ini dia kata-kata maut yang akan dilontarkan seseorang untuk menggaet pasangannya saat berpacaran untuk melakukan hubungan tubuh. Kata siapa hubungan seks itu selalu aman? Banyak bahaya dibalik itu terutama saat kita tidak mengenal jauh pasangan. Apa saja sih kemungkinan yang bisa terjadi? Simak bincang-bincang Fokal dengan dr. Budi.


Fokal: Menurut Anda, apa perbedaan gaya pacaran anak muda zaman sekarang dengan zaman Anda?

dr. Budhi: Zaman dulu sewaktu saya masih abg (anak baru gede), anak muda kalau berpacaran masih malu-malu untuk mengekspresikan perasaan sayang mereka terhadap pasangan di depan umum. Kalau sekarang terlihat lebih ekspresif bahkan di depan umum.


Fokal: Melihat dari banyaknya kasus pacaran yang tidak sehat dan bahkan seks diluar nikah yang semakin marak, apa tanggapan Anda?

dr. Budhi: Dari zaman dulu kasus seks diluar nikah sudah ada walaupun tidak sebanyak sekarang. Ini juga didukung adanya perkembangan teknologi yang memudahkan seseorang mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Parahnya, hal itu berhubungan dengan pornografi dan pornoaksi yang semakin mudah diakses. Bila terus dikonsumsi, maka akan merangsang seseorang untuk mencoba melakukannya secara nyata. Niat yang besar dan ditunjang dengan adanya kesempatan beserta fasilitas, maka ‘jadilah’. Walaupun teknologi semakin berkembang, namun apabila seorang anak dibekali pendidikan rohani yang kuat,pendidikan seks yang tepat bagi usianya,dan lingkungan pergaulan yang baik, maka saya yakin anak muda dapat mengendalikan diri.


Fokal: Saat ini masih ada anggapan miring bagi anak muda (terutama wanita) yang ingin memeriksakan kesehatan kelaminnya. Padahal sebenarnya itu diperlukan untuk mencegah dan mengetahui adanya penyakit kelamin, misalnya kanker serviks. Apa yang harus dilakukan para dokter maupun masyarakat dalam menanggapi hal tersebut?

dr. Budhi: Para dokter biasanya sudah mengerti bahwa tidak semua wanita yang datang untuk memeriksakan kesehatan organ reproduksinya adalah wanita yang sudah menikah. Di dalam wawancaranya, dokter lebih berkonsentrasi terhadap keluhan pasien dan penyakitnya. Sesudah diagnosa ditegakkan baru dokter tersebut mengadakan konseling terhadap penyebabnya. Justru stigma dari masyarakat yang biasanya keliru, karena itulah kami sering mengadakan sosialisasi baik penyuluhan di sekolah, kegiatan keagamaan, pertemuan di PKK, kelurahan ,kecamatan, seminar, maupun melalui media mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan organ reproduksi secara dini.


Fokal: Ada beberapa organisasi maupun aliansi yang pernah membagi-bagikan kondom gratis kepada masyarakat. Bagaimana tanggapan Anda?

dr. Budhi: Kita harus lihat dulu tujuanya. Dari segi mencegah penularan penyakit PMS (penyakit menular seksual), tentu saja kampanye pemakaian kondom merupakan salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan itu. Apalagi bila dibagikan kepada kelompok masyarakat yang beresiko sebagai penular ataupun tertular PMS. Hal itu dapat mencegah penularan penyakitnya kepada orang lain. Selain itu, kondom juga merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan dalam program keluarga berencana.


Fokal: Apakah hal tersebut dapat dibenarkan karena seakan memperbolehkan masyarakat untuk berhubungan seks, tetapi di sisi lain juga dapat mencegah penularan berbagai jenis penyakit kelamin?

dr. Budhi: Memang susah kalau kita memandang dari sisi kesehatan dan kerohanian sekaligus. Yang perlu diingat bahwa tujuan utama pembagian kondom gratis bukan untuk semua kalangan dan mendorong masyarakat untuk melakukan hubungan seks secara bebas. Bila seseorang dengan PMS dan memiliki perilaku seks bebas hendak melakukan hubungan tubuh, tentu tidak akan mengumumkannya kepada semua orang atau pasangannya. Atau bahkan dia sendiri tidak tahu kalau menderita PMS, sehingga bisa saja pasangannya tertular. Maksud pembagian kondom gratis ini adalah untuk menggugah rasa tanggung jawab seseorang terhadap orang lain. Apabila seseorang tidak bisa mengubah perilakunya yang menyimpang, setidaknya dia tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.


Fokal: Hal apa saja yang harus diperhatikan agar seseorang dapat mengetahui pasangannya memiliki PMS atau virus HIV?

dr. Budhi: Penyakit kelamin yang umumnya sering terjadi adalah gonnorhoe (kencing nanah), sifilis (Raja Singa), condyloma (jengger ayam pada alat kelamin), dan candidiasis (jamuran). Penyakit tersebut biasanya dapat dilihat gangguannya secara fisik karena gejalanya khas. HIV tidak terlihat gejalanya alias kondisi fisiknya sama saja dengan orang sehat, hanya dapat terdekteksi oleh pemeriksaan darah. Bila sudah menjadi AIDS baru gangguannya terlihat secara fisik. Jadi bila seseorang ingin mengetahui pasangannya memiliki suatu penyakit kelamin atau mengidap HIV, maka kenalilah pasangan anda dengan baik melalui kebiasaan atau riwayat perilakunya. Adakah pasangan anda memiliki riwayat perilaku yang beresiko tinggi terkena PMS atau HIV? Bila ada dan sudah terkena PMS ajaklah dia untuk segera datang ke dokter. Bila ditenggarai kemungkinan pasangan anda juga sudah terkena HIV, ajaklah dia untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke konselor terlatih untuk dilakukan VCT (Voluntary Consultating Testing) sebelum dan sesudah pemeriksaan darah untuk HIV.


Fokal: Apakah orang yang berhubungan intim dengan penderita HIV/AIDS dapat tidak tertular penyakit tersebut?

dr. Budhi: Apabila berhubungan intim dengan cara yang aman, yaitu menggunakan kondom dan tidak melakukan hubungan intim dengan metode yang tidak lazim sehingga dapat menimbulkan luka dari keduanya mudah - mudahan pasangannya tidak tertular. Akan tetapi resiko tertular bisa saja terjadi tanpa sebab yang dketahui walaupun sudah menggunakan metode yang aman.


Fokal: Apakah ada resiko terjangkit HIV/AIDS saat berciuman?

dr. Budhi: Kalau ciuman pipi atau ringan biasanya tidak, tetapi bila ada luka di daerah mulut pada keduanya dan melakukan deep kiss bisa saja tertular.


Fokal: Apakah pasangan yang sama-sama menderita HIV/AIDS aman untuk saling berhubungan seks?

dr. Budhi: Kalau sudah sama-sama menderita HIV, andaikata berhubungan seks tiga kali atau lebih dalam sehari, tidak ada pengaruh apapun terhadap penularan penyakit kepada pasangannya karena sudah sama–sama tertular. Dengan kata lain mereka boleh berhubungan intim seperti pasangan suami istri lainnya yang sehat. Untuk yang sudah sampai stadium AIDS biasanya sudah tidak ada kemampuan untuk berhubungan seks lagi. Namun demikian dianjurkan agar pasangan tersebut tidak memiliki anak karena berisiko akan tertular.


Fokal: Apa pesan Anda untuk anak muda di seluruh Indonesia dalam hal berpacaran?

dr. Budhi: Anak muda harus bisa menahan diri dalam berpacaran. Kalau sayang dengan pasangan kita, yah harus kita jaga. Lakukan kegiatan bermanfaat sehingga masa muda kalian akan terisi dengan hal-hal positif. Perkuat iman dengan banyak melakukan kegiatan kerohanian. Saya yakin anak muda sekarang sudah banyak mendapat informasi yang benar mengenai akibat perilaku seks bebas, jadi kalian sendiri tahu risiko apa yang harus dihadapi bila melanggarnya. Apa kata dunia bila generasi muda bangsa Indonesia pada kena PMS atawa HIV/AIDS!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar