Minggu, 25 Juli 2010

Motorku Dijaga Malaikat



Sebuah kendaraan GL Pro keluaran tahun 1994 sampai sekarang ini masih setia menemani saya, sudah 16 tahun dengan setia.

Saya ingat kali pertama mempunyai motor tersebut, seperangkat kunci ganda saya pasangkan di atasnya. Selalu meletakkan motor di tempat parkir yang dirasa paling aman.

Sepeda motor ini adalah punya Allah, saya hanya pengelolanya.

Saya teringat sebuat kejadian, waktu itu jam 7 malam saya masih belajar di perpustakaan di kampus, dan biasanya saya pulang sampai jam 9 malam. Tetapi waktu itu seperti nya saya didorong perasaan aneh untuk cepat pulang. Akhirnya saya cepat pulang, dan ketika saya sampai di tempat parker, saya menjumpai bahwa semua kunci saya sudah jebol, baik itu kunci utama, maupun kunci ganda motor saya, jadi tinggal satu langkah lagi motor saya akan melayang. Tertegun sejenak, akhirnya saya tahu, bahwa inilah yang dimaksud supaya saya cepat-cepat pulang. Saya diingatkan untuk segera pulang, mungkin jikalau telah 1 menit saja, motor saya sudah lenyap.

Saya pun berseru di dalam hati saya, “Tuhan, rupanya tidak ada tempat yang aman di dunia ini. Sepeda motor ini adalah kepunyaan Mu, supaya saya boleh mengelolanya, dan penjaga yang paling kuat dan setia adalah Engkau sendiri. “

Saya mengganti kunci motor saya dengan yang baru, pun demikian kunci ganda yang ada. Tetapi itupun sebenarnya bukanlah cara yang paling aman untuk melindungi sepeda motor saya. Oleh karena kunci rusak, atau pun karat yang menghambat kelancarannya, akhirnya saya memutuskan bahwa motor ini tidak perlu saya kunci sama sekali, karena sebenarnya semua kunci bisa dipakai untuk menghidupkan kendaraan saya.

Mungkin hanya 4 tahun lamanya motor ini mempunyai garasi yang terlindung dari terik matahari maupun hujan, dan sisa waktunya motor ini selalu tinggal di tempat yang tidak mempunyai perteduhan, dan 10 tahun terakhir ini motor kesayangan ini selalu saya parkir di halaman rumah yang tidak berpagar, ada malaikat Tuhan yang menjaga.

Kekilafan merupakan bagian dari manusia. Seringkali ketika saya parkir, saya kelupaan untuk mengambil anak kunci dari tempatnya, tetapi hal itu pun tidak menghambat pekerjaan saya, seru saya, “Tuhan, saya ketinggalan kunci di atas sepeda motor, kiranya Engkau yang menjaganya.” Ketika menghampiri tempat parkir, dan ternyata motor saya sudah tidak di tempatnya, saya langsung menghubungi penjaga parkir untuk menanyakan motor saya, saya hanya mengatakan, “Pasti sudah disimpan oleh penjaga parkir dengan baik.” Dan ternyata memang demikian.

Karena motor ini adalah bukan milik saya, (pun sebenarnya semua harta kekayaan saya adalah milik Allah, saya hanyalah pengelolanya) maka motor ini menjadi milik siapa saja yang ingin memakainya. Siapa pun jikalau membutuhkan kendaraan, dipersilakan untuk memakainya. Mungkin dari hal-hal yang sepele, seperti motor rusak, STNK hilang, tabrakan dan sebagainya akan selalu terjadi, saya belajar untuk menerima fakta tersebut dengan senyuman, Allah akan sediakan uangnya untuk keperluan tersebut. Bahkan suatu ketika, salah seorang mahasiswa membutuhkan motor saya untuk dipakai selama beberapa bulan, untuk survey ke lapangan menyelesaikan penelitian akhirnya. Saya ingat, bahwa motor ini milik Allah, dan dia lebih membutuhkan dibandingkan saya, dengan rela hati saya bilang silakan pakai, dan tak lama kemudian ada orang lain yang justru meminjamkan motornya untuk saya pakai.

Peristiwa yang lebih dahsyat terjadi beberapa bulan lalu. Subuh itu, kami sekeluarga harus ke Jakarta untuk menghadiri acara keluarga. Ketika malam menjelang, sekitar pukul 9 malam, saya ditelpon oleh seorang sahabat, “Mas, kamu dimana? Kok pintu rumahmu terbuka semua?”

“Saya lagi di Jakarta. Astaga, jdi ternyata sepanjang hari rumah saya belum saya kunci”, jawab saya lewat telepon.

“Untung saya mampir ke sini, tidak biasanya saya mampir ke sini malam-malam, saya bingung saja, kok pintu terbuka, ada notebook di meja, sepeda motor, rumah terang benderang, tetapi tidak ada orang di dalamnya, jadi saya telepon.” kata dia menimpali.

“Oke, tolong kunci pintunya, dan kamu bawa saja kuncinya.” kata saya.

Sekali lagi saya tertegun, ada malaikat Tuhan yang menjaga rumah saya.

Kejadian sabtu lalu menginspirasi saya untuk menulis tulisan ini. Sabtu pagi itu saya memarkir sepeda motor saya di sebuah pom bensin yang sangat ramai di Jalan Pasteur - Bandung, karena saya harus menunggu jemputan untuk pergi ke Ciawi Bogor, dan pulangnya malam. Saya letakkan di tempat parkir di pom bensin tersebut, kemudian saya tinggalkan. Malamnya, ketika saya sampai di pom bensin tersebut, ternyata motornya sudah tidak berada di tempat saya parkir semula, tetapi sudah dipindahkan ke tempat yang lebih aman, di tempat tersebut motor saya bersandar dengan anggunya. Ya, memang dengan mudah motor itu bisa dibawa atau dipindahkan, karena memang tidak berkunci sama sekali.

Saya tersenyum sekali lagi, malaikat Tuhan menjaga motor saya.

Motor saya sebenarnya masih mulus, tidak pernah mogok, dan siap mengantar saya kemana saja, ke gunung atau pun ke lembah. Namun saya bersyukur bahwa sebentar lagi ada pengganti motor saya, karena seorang teman menitipkan motornya yang baru untuk saya dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Mungkin bahasa yang lain sebagai ganti kata memberi. Sekali lagi, saya hanyalah pengelola, bukan pemilik, mungkin saya harus mencari orang lain yang akan mengganti saya sebagai pengelola motor GL Pro saya.

Saya pun berharap, bahwa bukan hanya motor yang dititipkan, mungkin orang lain yang akan menitipkan mobilnya untuk saya, menggantikan mobil tua terbitan 32 tahun lalu yang selama ini setia menemani keluarga saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar